Sabtu, 30 Januari 2010

Kisah Nabi Nuh di Mitologi Yunani.

Uranus sang Dewa Langit memiliki istri bernama Rhea. Mereka memiliki banyak anak, salah satunya adalah Jupiter yang kelak memerintah semesta dengan kekuasaannya.
. . . .




uranus:

jupiter:


Dunia diatur dengan tatanan hukum Jupiter, siang dan malam. Di siang hari manusia berkehidupan dan di waktu malam bersembunyi di gua karena gelap nan pekat.

Prometheus, anak raksasa Titan, Iapetus, merasa kasihan dengan keadaan itu, ia mencuri api dari Vulcan, dewa api yang pincang ketika tertidur sehabis minum anggur yang memabukkan. Api itu ia berikan kepada manusia untuk menerangi dunia.
Prometheus:

Nyala api dan kegiatan manusia di malam hari membuat Jupiter marah, Prometheus dihukum dengan diikat di lereng karang yang curam tanpa makan dan minum. Setiap pagi elang besar terbang mendatangi dan mencabik-cabik perutnya, melahap hatinya dengan paruh yang bengkok. Di malam hari lukanya sembuh tanpa bekas dan hatinya tumbuh lagi.

Hercules demi melihat elang besar yang menyiksa Prometheus lalu membunuhnya, membuka belenggu yang mengikat dan melepaskan rantainya. Jupiter mengampuni Prometheus dari puncak Olympus, tapi ia memilih tinggal di antara manusia, berubah menjadi gunung karang yang besar.
HERCULES:


* * * * *

Dengan api pemberian Prometheus, manusia menapaki kemajuannya, kemudian lupa bahwa keberhasilan itu adalah anugrah para dewa. Manusia lebih yakin akan dirinya sendiri, tak lagi menghormati dewa dan menghilangkan rasa cinta. Dengan hilangnya hormat dan cinta pada dewa, hilang juga cinta manusia pada manusia lainnya. Manusia jadi saling membenci dan senang berperang.

Jupiter tak suka dengan keadaan itu, berpikir untuk melenyapkan manusia pembangkang dengan banjir bandang. Hanya manusia tertentu saja yang dibiarkan hidup, seorang raja tua nan bijaksana dengan istrinya, yaitu Deucalion dan Pyrrha.
Deucalion dan Pyrrha:


Deucalion tak tega bila umat manusia dilenyapkan dari bumi, ia bermaksud menyelamatkannya dengan membuat perahu yang amat besar di atas gunung.

Tapi ketika perahu itu dibuat, manusia mencela Deucalion, mengejeknya dengan mengatakan bahwa raja tua ini akan mengarungi daratan. Deucalion dengan sabar mengatakan bahwa banjir besar akan menimpa mereka, perahu itu dibuat untuk bersama. Dasar manusia, mereka tak percaya bahkan mengatakan bahwa raja mereka sudah gila.

Sampai hujan besar datang, mereka tetap tak percaya, menyangka bahwa hujan yang sama seperti sebelumnya. Hujan tak berhenti dan air menenggelamkan semuanya, bersama gunung-gunung dan manusia pembangkang.

Ketika air mulai surut, Deucalion melepas burung-burung untuk mencari tahu apakah masih ada manusia yang tersisa. Perahu terdampar di Gunung Parnasus di Boetia, mereka tetap mencari manusia yang masih hidup. Deucalion dan Pyrrha mencarinya di desa yang kosong, kota yang lengang. Sejauh mata memandang, tak ada lagi yang hidup, semua mati oleh air dari banjir besar.

Deucalion dan Pyrrha duduk berpelukan di atas batu sambil bersedih, mereka tak melihat lagi tawa ria anak-anak dan canda-gembira orang-orang yang dahulu diliatnya. Dari puncak Olympus Jupiter merasa kasihan, menyuruh Merkurius, utusan para dewa untuk menemui mereka.
Merkurius:

Merkurius menyuruh raja tua itu dan istrinya melempar setiap batu yang mereka temui ke belakang. Dari setiap batu yang dilempar Deucalion muncul pemuda-pemuda dan dari batu yang dilempar Pyrrha muncul gadis-gadis. Tak lama kemudian dunia penuh lagi dengan gelak-tawa, canda-bahagia manusia-manusia baru. Di usia setua itu Pyrrha juga dikaruniai kehamilan dan lahir anak mereka yang diberi nama Hellenus yang kelak menjadi nenek moyang penduduk bumi di Yunani.

* * * * *

Kisah Nabi Nuh versi lain ada dalam bangsa Yunani seperti yang sudah dikisahkan di atas dengan nama 'Deucalion'. Selain itu juga dikisahkan dengan cerita yang sama dalam Kisah Gilgamesh pada bangsa Sumeria yang hidup di Irak di masa kuno dengan nama 'Utnaphishtim'. Cerita Nabi Nuh ini termaktub dalam Alqur'an surah Al A'raf ayat 59-64. Dalam Alkitab Injil juga dikisahkan dalam Kitab Perjanjian Lama, Kejadian Pasal 1-10.

Kisah yang sama dalam versi yang berbeda-beda, sebagaimana sejarah manusia yang selalu berulang. Pembangkangan itu terus ada sampai bumi ini makin bertambah tua dan bosan dengan cerita kita yang selalu saja begitu dan berulang-ulang, tetap dalam pembangkangan abadi.

Related Post



1 komentar:

Usman, ST mengatakan...

ijin repost.

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2012 A Simple Thing of My World. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes and Web Design.